Minggu, 13 April 2014

[FanFic] OVERDOSE

Overdose (KaiSung side)

by

SanSun

||Cast: Kim JongIn (Kai) Exo & Park SungJi (OC) || Other: Kim Namjoon (RapMon) BTS || Genre: dark, sadness || Length: oneshoot || Rating: PG15 || Disclaimer: The story is mine. Don't copas and plagiarism!!


A/N:
N-nyeong ^^ I'm back!!
Hadoh! Ternyata mau ngeblog aje susah ye. Lebih susah daripada ngupil pake tangan kiri #eh nggak deh, gue belom pernah nyoba.
Kali ini gue hadir dengan FF yang berjudul 'Overdose'. Yaaaa, itu adalah judul lagu comebacknya Exo. Kalian kpopers udah liat MV teasernya belooooom?? Baekhyunnya keren banget ya, biarpun dia nongolnya cuma seupil. Doh, tapi lama-lama gue bisa overdose nungguin MV mereka. Kayak waktu jaman Wolf, dikasih tau comebacknya kapan, nongolnya kapan. SM suka php sih, jadi jangan terlalu percaya sama SM. Udah ya, langsung aja...


..

..

..

..


Pria itu membuka matanya perlahan setelah merasakan malam yang panjang. Mengerjap beberapa kali karena sinar matahari yang masuk ke kamarnya melalui celah-celah tirai jendela –mengumpat dalam hati karena benda bulat bersinar itu berani mengganggu tidurnya. Ini masih pagi, tapi ia sudah bersinar seterang itu. Pria itu menolehkan kepalanya ke kanan untuk melihat jam kecil di meja nakas. Jarum jam menunjukkan pukul 12, siang. Hari bukan lagi pagi, pantas saja benda itu sudah membumbung tinggi.



Ia mendudukkan tubuhnya –mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih belum kembali seutuhnya. Ia mendongakkan kepalanya ke atas menatap langit-langit kamarnya. Bayangan gadis itu kembali muncul setelah semalam juga mengganggu tidurnya. Gadis bersurai hitam panjang yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang –seperti seonggok daging hidup yang tak berguna– di kamar rumahnya yang sangat berantakan atau bahkan tak layak disebut kamar.



“Sialan!!” dengan cepat ia mengambil botol whiskey yang ada di meja nakas dan mengarahkannya ke dinding –membuat botol itu menjadi bagian-bagian kecil. Selalu seperti ini jika gadis itu mengganggu pikirannya. Gadis yang ia cintai dan juga mencintainya –setidaknya itu yang terjadi lima tahun lalu– sampai akhirnya gadis itu lebih memilih pria yang lebih mapan darinya dan pindah ke Seoul. Meninggalkan dirinya sendirian di rumah kecilnya di Daegu. Gadis itu bilang, orang tuanya yang memaksanya. Ia benci setiap mengingat kata-kata itu.



Kai –begitu pria itu dipanggil– berjalan menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya dengan air, berharap bayangan gadis itu ikut mengalir pergi. Ia menatap bayangannya di cermin kusam itu. Lingkaran hitam tergambar jelas di bawah matanya. Setelah itu, ia menuju dapur dan membuka lemari pendingin, mengambil sebotol whiskey dan membuka tutupnya dengan pembuka botol yang menempel di pintunya. Ia menenggak minuman itu hingga setengahnya, lalu kembali ke kamar dengan botol itu yang masih di tangannya. Ia berjongkok di depan lemari pakaiannya, membuka laci yang ada disana dan mengambil sebuah bungkusan berwarna putih.



Ia meraih silet yang juga ada di dalam laci itu, lalu membuat sayatan kecil di tangan kirinya namun tetap bisa mengeluarkan darah. Sakit? Kai tidak secengeng itu. Lihatlah tangan kanannya yang sudah penuh oleh goresan silet. Kai beralih dengan bungkusan putih tadi. Dengan cepat ia membukanya dan menaburkan isinya –yang berwarna putih seperti bedak– ke tempat sayatan itu. Ia mendekatkan tangannya ke hidung mancungnya, lalu membiarkan aroma benda itu menyeruak memasuki rongga pernapasannya. Setelah menghirupnya, ia menjilati tangannya. Mencicipi rasa dari benda putih itu yang bercampur dengan cairan merah kental yang berasal dari luka di tangannya. Ia melakukan itu berulang kali sampai benda putih itu habis.



Belum puas sampai disitu, Kai merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah bungkusan yang –juga– ia rasa ada di sana. Setelah menemukannya, ia membukanya dan memasukkan beberapa butir benda itu ke mulutnya lalu menenggaknya dengan sisa whiskey sampai habis. Ekstasi. Benda itu menjadi penutup sarapan atau mungkin makan siangnya.



~



“Kai, kau tidak apa-apa?” tanya lelaki berambut kelabu saat melihat Kai berada di sebuah pos yang biasa ia jadikan sebagai tempat berkumpul dengan teman-temannya. Kai mengangkat kepalanya, menatap lelaki itu dengan matanya yang sendu lalu menunduk lagi.



“Dia pergi.” Jawabnya setengah berbisik, namun masih bisa didengar oleh lelaki itu. “Dia pergi, Namjoon. Dia pergi dengan pria itu ke Seoul.” Suaranya terdengar bergetar menahan tangis. Namjoon –lelaki berambut kelabu itu– mengerti apa yang dibicarakan oleh temannya. Ia tahu, siapa “Dia” yang dimaksud. Park Sungji. Gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sekaligus kekasih dari temannya, Kai. Awalnya, Namjoon juga tak habis pikir mengapa Sungji meninggalkan Kai semudah itu. Tapi ia tak memikirkannya lebih jauh.



“Sudahlah, Kai. Jangan terlalu sedih begitu. Masih banyak Park Sungji lain di luar sana.” Ucap Namjoon sambil menepuk-nepuk bahu Kai , memberi semangat. Namun bukannya berterima kasih, Kai justru menatapnya tajam.



“Apa kau bilang?! Kau tidak mengerti! Tidak mungkin ada gadis yang seperti dirinya lagi.” balas Kai, lalu melempar pandangan ke arah lain.



“Ya, ya, terserah kau saja.” ucap Namjoon, malas, lalu merangkul bahu Kai. “Ini, cobalah!” Ia menunjukkan sebuah bungkusan transparan dengan benda berwarna putih bersih di dalamnya. “Baru kudapat dari temanku. Setelah mencoba ini, aku yakin kau akan lebih tenang.” jelasnya.



Kai menatap Namjoon dan benda itu dengan ragu. Ia tak mengerti apa yang temannya bicarakan. Bagaimana benda yang mirip tepung itu bisa membuatnya tenang? Namjoon masih menyodorkan benda itu. Awalnya, Kai tidak mau menerimanya, namun kesedihannya akan Sungji membuatnya melakukan itu. Ia menerima barang itu dan menghirupnya sesuai dengan petunjuk Namjoon.



Awalnya, Kai memang merasa sedikit lebih tenang. Hanya sedikit. Namun, Namjoon terus memberinya barang-barang seperti itu. Hingga akhirnya, Kai kecanduan dan terus memakainya. Sabu-sabu, heroin, ekstasi, dan barang-barang semacamnya ia dapat dari Namjoon. Entah Namjoon dapat dari mana. Ya, barang-barang yang dilarang oleh pemerintah itu bisa membuat Kai melupakan Sungji, walau hanya sementara. Sementara.



~



Kai kembali ke alam sadarnya. Ia lelah hidup seperti ini. Hanya karena gadis bermata bulat itu, hidupnya menjadi seperti ini. Ia terlalu mencintainya. Oh, atau cintalah yang membuatnya begini. Ia dibutakan oleh cinta sampai-sampai ia yang pengangguran sangat yakin bisa memiliki Sungji, padahal orang tua Sungji tak pernah menyetujui hubungan mereka.



Kai berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol whiskey lagi, lalu kembali ke kamarnya. Ia lalu mengambil dua bungkus sabu-sabu di laci lemarinya dan menghirupnya seperti orang kesetanan ditambah lagi ekstasi yang masih tersisa banyak. Ditenggaknya tablet-tablet itu bersama dengan whiskey sampai habis. Ia sakaw.



..



Seorang pemuda berusia sekitar dua puluh empat tahun ditemukan tewas di kamar tidurnya. Diduga ia tewas karena overdosis. Dugaan tersebut makin kuat karena mulutnya mengeluarkan busa, juga ditemukannya barang-barang yang merupakan sabu-sabu dan ekstasi.








~Fin~



Dih! kok jadinya kayak gini?
Aaaaarrghh, ini gak sesuai harapan, tapi ya mau gimana lagi??
gue udah kayak dikejar deadline pas bikin ini. Pokoknya, ini harus selesai malam ini. Harus selesai sebelum MV Exo yg Overdose keluar #hahha. Makanya jadi buru-buru gini. Yah, maklum aja ya, namanya juga amatiran. Noh FFnya Ravi aja belom selesai, udah dilangkahin sama ini. Abisnya, ide cerita ini tau-tau nongol, yaudah langsung gue tulis aje, daripada nanti lupa terus numpuk lagi tuh FF. Hahha............. udah deh segitu aje
Review please, comment can support me :)
Thanks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar